Jumat, 02 Mei 2008

Profil Klub Pemanjat Mapala Cartens

CARTENS CLIMBING CLUB (CCC)

PROFIL CLUB

Nama club : CARTENS CLIMBING CLUB (CCC)

Alamat : Jl. Taman Siswa (Pekeng) Tahunan Jepara Tlp..(0291) 595320

Susunan Pengurus :

Penanggung jawab : - Ketua Umum Mapala Cartens Jepara

- Koordinator Divisi Rock Climbing Mapala Cartens Jepara

Koordinator Club : M. Heri Suripto

Divisi Pengkaderan : Didik Setiawan

Divisi Peningkatan

teknik : Noor Evit Ahmanto

Divisi Logisik : Afit Kurniawan

Jumlah Anggota : 7 (tujuh) Atlet (keterangan atlet terlampir)

info CWCC VI Mapala Cartens

LANDASAN PELAKSANAAN

  1. Tri Darma Perguruan Tinggi.
  2. Pancasila dan UUD 1945.
  3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MAPALA CARTEN STIENU Jepara.
  4. Progam Kerja MAPALA CARTEN STIENU Jepara tahun 2008-2009.
  5. Rapat Pengurus MAPALA CARTEN STIENU Jepara tanggal 28 Maret 2008.

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini secara umum untuk memperingati Hari Ulang Tahun Mapala CARTEN STIENU Jepara yang ke X. dan memperkenalkan olah raga panjat dinding sebagai sarana ajang kreatifitas bagi masyarakat, khususnya para kawula muda.

Adapun mengenai tujuan kegiatan ini adalah :

  1. Mendidik atlit panjat dinding yang berkualitas.
  2. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan olah raga Wall Climbing.
  3. sebagai ajang kompetisi yang sehat baik teknik mental dan sportifitas serta potensi lain dibidang panjat dinding.
  4. menciptakan atlit yang mampu berkompetisi di tingkat nasional maupun internasional.
  5. memberikan wadah komunikasi dan informasi sesama Climber.

BENTUK KEGIATAN

Kegiatan Kejuaran kejuaraan putra-putri Wall Climbing (Panjat Dinding) VII se- Kabupaten Jepara yang akan diikuti oleh para atlit panjat dinding dan masyarakat

WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

kegiatan ini akan dilaksanakan pada :

Hari : Minggu-Senin

Tanggal : 18 Mei 2008

Waktu : 08.00 WIB s.d Selesai

Tempat : MAPALA CARTEN STIENU Jepara

Petunjuk Umum : Terlampir

PENGETAHUAN MENGENAI SURVIVAL

Definisi Survival

Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam

S : Sadar dalam keadaan gawat darurat

U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah

R : Rasa takut dan putus asa hilangkan

V : Vitalitas tingkatkan

I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya

V : Variasi alam bisa dimanfaatkan

A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya

L : Lancar, slaman, slumun, slamet

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival ini, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah "STOP" yang artinya :

S : Stop & seating / berhenti dan duduklah

T : Thingking / berpikirlah

O : Observe / amati keadaan sekitar

P : Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

Mengapa Ada Survival

Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :

  • Keadaan alam (cuaca dan medan)
  • Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
  • Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)

Banyaknya kesulitan-kesulitan biasanya timbul akibat
kesalahan-kesalahan kita sendiri.

Kebutuhan survival

Yang harus dipunyai oleh seorang survivor

1. Sikap mental

- Semangat untuk tetap hidup

- Kepercayaan diri

- Akal sehat

- Disiplin dan rencana matang

- Kemampuan belajar dari pengalaman

2. Pengetahuan

- Cara membuat bivak

- Cara memperoleh air

- Cara mendapatkan makanan

- Cara membuat api

- Pengetahuan orientasi medan

- Cara mengatasi gangguan binatang

- Cara mencari pertolongan

3. Pengalaman dan latihan

- Latihan mengidentifikasikan tanaman

- Latihan membuat trap, dll

4. Peralatan

- Kotak survival

- Pisau jungle , dll

5. Kemauan belajar

Langkah yang harus ditempuh bila saudara atau kelompok anda tersesat :

· Mengkoordinasi anggota

  • Melakukan pertolongan pertama
  • Melihat kemampuan anggota
  • Mengadakan orientasi medan
  • Mengadakan penjatahan makanan
  • Membuat rencana dan pembagian tugas
  • Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
  • Membuat jejak dan perhatian
  • Mendapatkan pertolongan

Bahaya-bahaya dalam survival

Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :

1. Ketegangan dan panik

Pencegahan :

- Sering berlatih

- Berpikir positif dan optimis

- Persiapan fisik dan mental

2. Matahari / panas

- Kelelahan panas

- Kejang panas

- Sengatan panas

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :

- Penyakit akut/kronis

- Baru sembuh dari penyakit

- Demam

- Baru memperoleh vaksinasi

- Kurang tidur

- Kelelahan

- Terlalu gemuk

- Penyakit kulit yang merata

- Pernah mengalami sengatan udara panas

- Minum alkohol

- Dehidrasi

Pencegahan keadaan panas :

- Aklimitasi

- Persedian air

- Mengurangi aktivitas

- Garam dapur

- Pakaian :

- Longgar

- Lengan panjang

- Celana pendek

- Kaos oblong

3. Serangan penyakit

- Demam

- Disentri

- Typus

- Malaria

4. Kemerosotan mental

Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris

Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah

Keadaan lingkungan mencekam

Pencegahan : Usahakan tenang

Banyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa

Keracunan

Gejala : Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang

mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.

Penyebab : Makanan dan minuman beracun

Pencegahan : Air garam di minum

Minum air sabun mandi panas

Minum teh pekat

Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat

Pencegahan : Makan makanan berkalori

Membatasi kegiatan

7. Kelaparan

8. Lecet

9. Kedinginan

Untuk penurunan suhu tubuh <>0 C bisa menyebabkan kematian

Membuat Bivak (Shelter)

Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin

Jenis-jenis Shelter :

a. Shelter asli alam

Gua : Bukan tempat persembunyian binatang

Tidak ada gas beracun

Tidak mudah longsor

  1. Shelter buatan dari alam

c. Shelter buatan

Syarat Shelter :

- Hindari daerah aliran air

- Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh

- Bukan sarang nyamuk/serangga

- Bahan kuat

- Jangan terlalu merusak alam sekitar

- Terlindung langsung dari angin

Mengatasi Gangguan Binatang

a. Nyamuk

· Obat nyamuk bakar, obat nyamuk oles, dll

· Bunga kluwih dibakar

· Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk

· Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk

b. Laron

· Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan

c. Lebah

Apabila disengat lebah :

· Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali

· Tempelkan tanah basah/liat di atas luka

· Jangan dipijit-pijit

· Tempelkan pecahan genting panas di atas luka

d. Lintah

Apabila digigit lintah :

  • Teteskan air tembakau pada lintahnya
  • Taburkan garam di atas lintahnya
  • Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
  • Taburkan abu rokok di atas lintahnya

e. Semut

· Gosokkan obat gosok pada luka gigitan

· Letakkan cabe merah pada jalan semut

· Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut

f. Kalajengking dan lipan

· Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar

· Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit

· Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka

· Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka

· Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan

g. Ular

Penyebab: gigitan oleh

1. Ular hijau (Trimeresurus albolaris)

2. Ular tanah (Ankistrodon rhodostoma)

3. Ular welang (Bungarusfasciatus)

4. Ular sendok (Naya sputatrix)

5. dll

Gambaran Klinis Gigitan Ular:

Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.
Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).

Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur

Gigitan Elapidae (misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang, ular cabai, coral snakes, mambas, kraits)

1. Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.

2. Gambaran sakit yang berat, melepuh, dan kulit yang rusak.

3. Setelah digigit ular

a. 15 menit: muncul gejala sistemik.

b. 10 jam: paralisis urat-urat di wajah, bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan, otot lemas, kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin, muntah, pandangan kabur, mati rasa di sekitar mulut.

c. Kematian dapat terjadi dalam 24 jam.

Gigitan Viperidae/Crotalidae (ular: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo):

1. Gejala lokal timbul dalam 15 menit, atau setelah beberapa jam berupa bengkak di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.

2. Gejala sistemik muncul setelah 5 menit atau setelah beberapa jam.

3. Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam waktu 2 jam atau ditandai dengan perdarahan hebat.

Gigitan Hydropiidae (misalnya: ular laut):

1. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.

2. Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri menyeluruh, dilatasi pupil, spasme otot rahang, paralisis otot, mioglobulinuria yang ditandai dengan urin warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis), ginjal rusak, henti jantung.

Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae (misalnya: ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo)

1. Gejala lokal: ditemukan tanda gigitan taring, pembengkakan, ekimosis, nyeri di daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae antivenin.

2. Anemia, hipotensi, trombositopeni.

Penatalaksanaan:
Sebelum dibawa ke rumah sakit:

1. Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan

2. Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit paskagigitan.

Setelah dibawa ke rumah sakit:

Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular) polivalen 1 ml berisi:

1. 10-50 LD50 bisa Ankystrodon

2. 25-50 LD50 bisa Bungarus

3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix

4. Fenol 0,25% v/v.

Teknik Pemberian:
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).

Catatan:
Ciri-ciri ular tidak berbisa:

1. Bentuk kepala segiempat panjang

2. Gigi taring kecil

3. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan

Ciri-ciri ular berbisa (tidak mutlak):

1. Bentuk kepala segitiga

2. Dua gigi taring besar di rahang atas

3. Warna biasanya cerah

4. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring

Contoh ular-ular berbisa di Indonesia, yaitu:

1. Kobra / Cobra ( Naya Sputatrix)

2. King Cobra ( Ophiapagus Hannah)

3. Welang ( Bungarus Candidus)

4. Weling ( Bungarus Fasciatus)

5. Hijau Pucuk ( Trimeresurus Albolabris)

Rasa nyeri pada gigitan ular mungkin ditimbulkan dari amin biogenik, seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan pada Viperidae.

Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi edem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness (denyutan).

Membuat Perangkap (Trap)

Macam-macam Perangkap :

· Perangkap model menggantung

· Perangkap tali sederhana

· Perangkap lubang jerat

· Perangkap menimpa

· Apace foot share

Bahan :

· tali/kawat

· Umpan

· Batang kayu

· Cabang pohon

Membaca Jejak

Jenis :

· Jejak buatan : dibuat oleh manusia

· Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan

Jejak alami biasanya memberi informasi tentang :

· Jenis binatang yang lewat

· Arah gerak binatang

· Besar kecilnya binatang

· Cepat lambatnya gerak binatang

Membaca jejak alami dapat diketahui dari :

· Kotoran yang tersisa

· Pohon atau ranting yang patah

· Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput

Air

Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 - 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.

Air yang tidak perlu dimurnikan :

1. Hujan

Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan

2. Dari tanaman rambat/rotan

Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut

3. Dari tanaman

Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut

Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :

  1. Air sungai besar
  2. Air sungai tergenang
  3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
  4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
  5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan

Makanan

Patokan memilih makanan :

· Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia

· Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok

· Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo

· Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah, tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan

· Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam

Hubungan air dan makanan

· Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit

· Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan

· Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak

Tumbuhan yang dapat dimakan

Dari batangnya :

· Batang pohon pisang (putihnya)

· Bambu yang masih muda (rebung)

· Pakis dalamnya berwarna putih

· Sagu dalamnya berwarna putih

· Tebu

Dari daunnya :

· Selada air

· Rasamala (yang masih muda)

· Daun mlinjo

· Singkong

Akar dan umbinya :

· Ubi jalar, talas, singkong

Buahnya :

· Arbei, asam jawa, juwet

Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :

· Jamur merang, jamur kayu

Ciri-ciri jamur beracun :

· Mempunyai warna mencolok

· Baunya tidak sedap

· Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning

· Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan

· Bila diraba mudah hancur

· Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya

· Tumbuh dari kotoran hewan

· Mengeluarkan getah putih

Binatang yang bisa dimakan

· Belalang

· Jangkrik

· Tempayak putih (gendon)

· Cacing

· Jenis burung

· Laron

· Lebah , larva, madu

· Siput

· Kadal : bagian belakang dan ekor

· Katak hijau

· Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya

· Binatang besar lainnya

Binatang yang tidak bisa dimakan

· Mengandung bisa : lipan dan kalajengking

· Mengandung racun : penyu laut

· Mengandung bau yang khas : sigung

Api

Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata. Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren

1. Dengan lensa / Kaca pembesar

Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.

2. Gesekan kayu dengan kayu.

Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar

3. Busur dan gurdi

Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.

Selalu persiapkan terlebih dahulu bahan bakar yang cukup. Pisahkanlah bahan ini berdasarkan ukurannya. Pisahkan ranting-ranting kecil dengan ranting yang agak besar dan batang kayu yang besar. Jika kayunya agak lembab ataupun basah, sisiklah terlebih dahulu bagian yang basah atau bisa juga dengan membuat cacahan-cacahan pada batangnya sehingga menyerupai bunga-bunga kayu.

Urutan kerjanya adalah sebagai berikut;

a. Siapkan bahan bakar yang cukup, ambilah sebatang kayu yang berukuran sedang sebagai tumpuan bawah (Gambar 1a).

b. Lalu dapat dipalangkan dua buah kayu yang juga berukuran sedang (Gambar 1b). Jangan sampai jarak antara tanah dengan kayu kedua terlalu tinggi sehingga menyulitkan panas api (pembakaran) sampai ke atas. Hal ini akan mengakibatkan kayu yang diatas sulit terbakar dan menjadi bara sedangkan kayu yang telah menjadi bara dibawah akan cepat habis jika tidak diberi “umpan” lagi.

c. Susun lagi ranting-ranting kecil dengan memalangkannya di atas kedua kayu yang dibuat diatas (Gambar 1c). Pastikan ranting-ranting ini tidak mudah terjatuh/menggelincir ke bawah. Oleh karena itu usahakan kedua palang kayu tersebut tidak terlalu miring.

d. Susunlah ranting-ranting yang paling kecil sehingga api yang muncul dapat dengan mudah membakar ranting tersebut. Jangan menumpuk ranting secara berlebihan (Gambar 1d).

e. Nyalakan api dengan bantuan korek, atau pemantik (dalam bahasan ini memang kita tidak akan membicarakan bagaimana membuat api dengan metoda-metoda yang ada tapi lebih mengarah pada pembuatan perapian) di bagian paling dasar. Gunakan bantuan daun-daun kering atau plastik sampah.

f. Jika api sudah menjilat ranting-ranting yang paling kecil, tetap lakukan perautan kayu menjadi bagian-bagian yang kecil dan digunakan sebagai umpan. Usahakan agar lidah api membakar ranting atau daun kering untuk memperbesar nyala api.

g. Apabila ranting terlalu ke sisi (sehingga tidak terbakar), pindahkanlah ke bagian yang “terjilat”oleh lidah api.

h. Terus tumpuk ranting-ranting kayu sambil tetap memberi lubang sebagai sirkulasi udara

i. Perhatikan jarak antara sumber api dengan ranting/kayu yang dibakarnya. Jangan terlalu jauh dan juga jangan sangat berdekatan.

Perapian Sistem “Blok”

Persiapkanlah terlebih dulu ranting-ranting dengan berbagai ukuran. Pisahkan jenis-jenis ranting ini berdasarkan ukuran tersebut. Sedapat mungkin carilah kayu-kayu yang telah rubuh atau telah mati. Jangan memakai bahan kayu yang tumbuh di daerah perairan (seperti tepian sungai, tepi danau); meskipun telah mati dan kering, kayu dari daerah ini tidak akan terbakar kecuali menjadi arang.

Cara menumpuk/menyusun kayu bakar:

1. Jajarkan di atas tanah; kayu yang sama ukuran sebesar lengan tangan pada lapis pertama dan ke-2 serapat mungkin.

2. Jajarkan kayu berdiameter lebih kecil serapat mungkin pada 3-5 lapisan berikutnnya. Setiap lapisan dengan posisi (secara horisontal) bersilangan antar lapisan (Gambar 2).

3. Buat sedikit ruang kosong dan “pintu” di bagian tengah/bawah: untuk menaruh bahan awal api/umpan (yg terdiri dari ranting, potongan kayu kecil dan kering) secukupnya. Susunlah diatasnya lapisan jajaran kayu berikutnya; Mulailah dengan jajaran kayu berdiameter kecil (sebesar jari tangan) beberapa lapis.

4. Diatasnya, buatlah jajaran kayu yang lebih besar: lapisan kayu sebesar lengan 2-3 lapis, kemudian dilanjutkan lapisan jajaran kayu yg lebih besar: sebesar kaki s/d sebesar paha pada bagian paling atas.

5. Ingat antar lapisan tumpukan saling bersilangan!

Menyalakan dan memelihara api awal

1. Buka pada “pintu” di bagian tengah atau bawah tumpukan (bagian lapisan kayu kecil)

2. Letakkan ditengahnya bahan api awal (lilin, ranting dan daun kering) dan nyalakan.

3. Tutup kembali “pintu” dengan kayu.

4. Biarkan dan tunggu beberapa saat (1/2-1 jam), api akan membakar lapisan diatasnya. Pada awalnya api tak akan terlihat, melainkan mengepulkan asap/uap akibat pemanasan terhadap kayu basah diatasnya. Semakin tipis asap mengepul pertanda api awal akan padam.

5. Jika api awal padam, buka pintu dan isi kembali dengan bahan awal yang cukup kering dan nyalakan kembali. Semakin tebal asap semakin baik dan menjadi jaminan api unggun akan menyala.

6. Jika api telah membakar 2-3 lapisan kayu diameter besar diatasnya, kita mulai bisa membuka lapisan teratas untuk merasakan apinya.

Kelebihan:

- Kayu basah dan diameter batang pohon cukup tebal (besar) dapat habis terbakar

- Daya tahan (durasi)/lama waktu bakar cukup lama

- Saat pembakaran kayu awal: tak perlu dilindungi, dalam kondisi hujanpun bisa ditinggalkan (tanpa pengawasan/penjagaan terus menerus).

Kekurangan:

- Waktu yang dibutuhkan dari api awal s/d api unggun menyala: cukup lama (1-2 jam)

- Memakan waktu dan energi cukup besar untuk menebang pohon/ bahan kayu bakar

Etika Membuat Perapian

Terkadang membuat perapian menjadi suatu perdebatan di kalangan penggiat alam terbuka dan pemerhati lingkungan.

Beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian dalam membuat perapian adalah:

1. Buatlah perapian yang secukupnya, tidak terlalu besar dan membutuhkan bahan bakar kayu yang banyak, sesuaikan dengan maksud kita membuat perapian.

2. Jangan menebang kayu sembarangan! Walaupun terkadang hal ini sangat kontradiktif dengan pembuatan perapian, bukan berarti membuat suatu perapian dilarang sama sekali. Yang diperlukan adalah kebijaksanaan kita saat membuat dan menggunakannya. Pilihlah kayu yang telah tumbang ataupun mati yang cukup kering/tidak mengandung banyak air. Cukup banyak ranting-ranting yang telah mati di dalam hutan dan dapat digunakan daripada melakukan penebangan. Daun-daun kering juga dapat dipergunakan sebagai “pemancing” dalam membuat perapian.

3. Pastikan perapian yang akan dipadamkan benar-benar telah mati/padam. Setelah itu dikubur dalam tanah. Perhatikan bagian dasar dari perapian terbuat dari gambut, tanah, atau akar-akar kayu yang menumpuk. Sebaiknya membuat api di atas tanah karena akar ataupun gambut dapat terbakar secara menjalar di lapisan bawah tanpa terlihat oleh kita.

Membakar hutan lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan menanam pohon”.

Survival kit

Adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :

· Perlengkapan memancing

· Pisau

· Tali kecil

· Senter

· Cermin suryakanta, cermin kecil

· Peluit

· Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air

· Tablet garam, norit

· Obat-obatan pribadi

· Jarum + benang + peniti

· dll


(Di ambil dari beberapa situs)